Kisah Guru Bijak Mengubah Siswa Nakal Jadi Berhenti Merokok


Meskipun para siswa biasanya masuk sekolah pada hari Jumat, pada akhir pekan itu semua guru tetap harus datang ke sekolah pada hari Sabtu. Hal ini karena ada kegiatan dan seminar khusus untuk dewan guru.

Saya berusaha datang lebih awal; satu jam sebelum acara dimulai, saya sudah berada di sekolah. Ternyata beberapa guru sudah datang lebih awal dan sedang sarapan di warung dekat kompleks sekolah. Tanpa menunggu lama, saya bergabung dengan mereka.

Setelah selesai sarapan, kami duduk kembali dan berbagi berbagai cerita kehidupan.

"Kalau melihat kenakalan siswa di sekolah, saya jadi teringat masa-masa sekolah dulu," kata Bu Desti, salah satu guru senior.

"Wah, ternyata guru kita juga nakal waktu sekolah ya," ujar seorang guru lainnya.

"Ya iyalah, namanya juga anak-anak, pasti ada nakalnya. Oh, tapi jangan salah, yang saya maksud itu teman saya, bukan saya," jelas Bu Desti.

Bu Desti melanjutkan ceritanya. Dulu, ketika dia masih SMP, ada beberapa siswa laki-laki yang sering ketahuan merokok di lingkungan sekolah. Hal ini sudah beberapa kali terjadi, sehingga pihak sekolah memberikan peringatan keras.

Suatu pagi, sebelum pelajaran dimulai, diketahui bahwa beberapa siswa masih saja ketahuan merokok. Anehnya, Pak Dito, wali kelas mereka, tidak melarang atau menegur mereka. Para siswa yang merokok dibiarkan masuk kelas seperti siswa lainnya untuk mengikuti pelajaran.

"Yah, akhirnya Pak Dito menyerah. Buktinya, dia tidak lagi menegur atau menghukum siswa yang ketahuan merokok," bisik salah satu siswa dengan gembira.

Setelah semua siswa masuk kelas, Pak Dito memanggil tiga siswa yang ketahuan merokok. Sebut saja mereka Tio, Dio, dan Dino.

"Anak-anak, saya tidak akan banyak bicara. Mulai sekarang, saya tidak akan melarang kalian merokok. Hari ini, saya beri kesempatan kalian untuk merokok sebanyak yang kalian mau. Jadi, kalian tidak perlu belajar, cukup merokok di depan kelas selama pelajaran berlangsung," kata Pak Dito sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari laci meja guru.

Ketiga siswa yang berdiri di depan menunjukkan ekspresi bahagia. Sepertinya mereka tidak sabar untuk merokok sepuasnya, apalagi dengan guru yang baik hati menyediakan rokok.

Saat pelajaran dimulai, waktu untuk merokok pun dimulai. Satu per satu puntung rokok mulai menumpuk di tempat sampah yang disediakan. Tanpa sadar, waktu istirahat pagi untuk sarapan tiba. Ketika salah satu siswa hendak pergi, Pak Dito mencegahnya dan bertanya.

"Mau ke mana?"

"Ke kantin, Pak. Mau beli makanan," jawab seorang siswa.

"Kenapa ke kantin? Di sini kan ada rokok. Lagipula, harga rokok ini lebih mahal daripada uang jajanmu di kantin. Sayang kalau tidak dihabiskan," kata Pak Dito.

Ketiga siswa itu terdiam. Tak ada yang berani melangkah apalagi membantah. Waktu terus berlalu. Istirahat makan siang tiba tanpa terasa. Menjelang sore, ketiga siswa itu mulai terlihat lelah, pusing, dan mual. Bahkan ada yang sampai muntah.

Keesokan harinya dan hari-hari berikutnya, tak ada lagi siswa yang berani merokok, apalagi di lingkungan sekolah. Sejak kejadian itu, ketiga siswa tersebut tiba-tiba berhenti dari kebiasaan merokok. Orang tua mereka sangat berterima kasih kepada Pak Dito.

***

Gambar: karya bobbieo – Getty Images Signature

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url