Momen Emosional dalam Tradisi Sungkem Nenek Saat Lebaran



Setiap tahun, saat bulan Ramadan mendekati akhirnya, antusiasme untuk merayakan Idul Fitri tumbuh di hati setiap orang Muslim. Di tengah-tengah persiapan menyambut hari kemenangan tersebut, ada satu momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang: sungkem kepada nenek. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari ritual lebaran, tetapi juga menjadi titik terang bagi banyak keluarga yang merayakan Idul Fitri di berbagai belahan dunia.

Sungkem, yang secara harfiah berarti sujud, bukanlah sekadar aksi fisik. Lebih dari itu, sungkem adalah ungkapan rasa hormat, kasih sayang, dan permohonan maaf kepada nenek yang telah menjalani peran penting dalam kehidupan kita.

Berlutut sambil memegang tangan nenek, kita mengucapkan kata-kata penuh makna, memohon maaf atas segala kesalahan yang telah terjadi selama setahun ini. Dibalas dengan senyuman dan pengelus lembut di kepala, rasa hangat kasih sayang nenek mewarnai suasana.

Namun, apa yang membuat tradisi sungkem begitu berkesan adalah kedalaman maknanya. Sungkem bukan hanya soal permohonan maaf dan pengampunan, tetapi juga simbol hubungan yang erat antara generasi. 

Melalui sungkem, kita menghargai peran nenek dalam membimbing, mendukung, dan mencintai kita sepanjang hidup. Ini adalah momen di mana kita merenungkan pengorbanan dan kasih sayang yang tak terhingga yang telah diberikan nenek kepada kita.

Namun, dalam momen kebahagiaan menyambut lebaran, kita juga dihadapkan pada kesedihan karena kehilangan. Bagi banyak dari kita yang neneknya telah tiada, tradisi sungkem menjadi pengingat akan kekosongan yang ditinggalkan oleh kepergian mereka. Namun demikian, melalui tradisi ini, kita mengenang kenangan indah bersama nenek dan menjaga warisan budaya yang telah mereka wariskan kepada kita.

Seiring berjalannya waktu, tradisi sungkem nenek mungkin berubah atau bahkan terlupakan oleh beberapa keluarga. Namun, esensinya tetap sama: sebagai pengingat akan kasih sayang nenek dan hubungan yang kita miliki dengan mereka. Sungkem nenek bukanlah sekadar tradisi, tetapi merupakan momen penting dalam memelihara ikatan keluarga dan menghargai peran nenek dalam hidup kita.

Kita mungkin tidak lagi dapat merasakan kehangatan tangan nenek atau mendengar senyumnya saat kita sungkem. Namun tradisi ini tetap hidup dalam kenangan dan warisan budaya yang kita teruskan. Sebuah penghormatan yang sederhana namun penuh makna. Sungkem nenek menjadi simbol keabadian kasih sayang dan hubungan keluarga yang akan terus kita kenang dalam setiap momen lebaran.

Dalam kesibukan menyambut lebaran, tradisi sungkem nenek menjadi pengingat akan nilai-nilai yang seharusnya kita junjung tinggi dalam kehidupan sehari-hari: penghormatan, kebersamaan, dan kasih sayang terhadap sesama. 

Tradisi ini menginspirasi kita untuk menjadi individu yang lebih baik dan menjaga hubungan keluarga yang kuat dan harmonis. Sebagai bagian dari perayaan lebaran, sungkem menjadi momen yang memperkuat ikatan keluarga dan memupuk rasa syukur.

Foto istimewa: alm. Nenek (Dokpri)


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url