Keberanian Lebih Penting dari Dukungan
![]() |
Ilustrasi dibuat dengan AI |
Banyak orang menunda langkah pertamanya hanya karena merasa belum mendapat dukungan. Mereka menunggu persetujuan, validasi, atau setidaknya seseorang yang mengatakan, “Aku mendukungmu.” Tapi bagaimana jika dukungan itu tak pernah datang? Apakah berarti kita harus berhenti sebelum memulai?
Memulai sesuatu membutuhkan keberanian. Sering kali kita takut melangkah sendiri karena merasa berbeda, dianggap aneh, atau bahkan diremehkan. Kita menunggu sesuatu yang belum tentu hadir—dukungan. Padahal, ada atau tidaknya dukungan, keputusan untuk bergerak tetap ada di tangan kita sendiri. Jika terus menunggu, kita hanya akan terjebak dalam keraguan, sementara mereka yang berani melangkah justru menemukan jalannya sendiri.
Memulai Butuh Keberanian
Memulai sesuatu membutuhkan keberanian. Kita sering kali takut melangkah sendiri karena merasa berbeda atau dianggap lain. Bahkan, ada kalanya kita diremehkan karena dinilai tidak mampu mencapai apa yang kita inginkan. Akibatnya, kita memilih menunggu. Tapi, sebenarnya kita menunggu apa? Dukungan? Faktanya, dukungan sering kali tak kunjung datang.
Tapi, apakah tanpa dukungan kita tidak bisa melangkah? Seharusnya tidak demikian. Ada atau tidaknya dukungan, keputusan untuk memulai tetap ada di tangan kita sendiri. Jika terus menunggu, kita hanya akan terjebak dalam ketidakpastian. Sementara itu, mereka yang berani melangkah akan menemukan jalannya sendiri.
Dukungan Bisa Menjadi Belenggu
Melangkah dengan tekad sendiri lebih menguntungkan karena tidak ada tuntutan dari siapa pun. Justru, jika ada dukungan, sering kali itu menjadi belenggu. Apa maksudnya? Mereka yang mendukung biasanya juga memberi ide dan gagasan yang terkadang tidak sesuai dengan yang kita inginkan sejak awal. Bukannya mewujudkan ide kita sendiri, kita malah menjalankan keinginan mereka.
Dukungan juga bisa menjadi bumerang. Jika kita tidak mengikuti masukan atau nasihat yang diberikan, hal itu bisa menjadi tekanan. Banyak orang mendukung karena mereka memiliki visi yang sama, entah dari segi ide, pengalaman, atau harapan yang belum bisa mereka wujudkan sendiri. Kita seperti menjadi “kelinci percobaan” bagi mereka. Jika berhasil, mereka akan mengklaim bahwa itu terjadi karena keterlibatan mereka. Jika gagal, kita akan dianggap sebagai pihak yang tidak mau mendengar saran. Oleh karena itu, kita harus mencermati siapa yang mendukung kita dan dalam bentuk apa dukungan itu diberikan.
Keberanian di Awal Menentukan Segalanya
Perlu keberanian untuk membangun sesuatu, meskipun tanpa dukungan. Saat kita mulai melangkah, dukungan sering kali datang dengan sendirinya. Seiring perjalanan, kita akan bertemu banyak orang—baik sebagai investor, pelanggan, maupun tim yang mendukung visi kita.
Keberanian di awal adalah faktor yang paling menentukan. Dalam perjalanan, akan ada banyak orang yang hanya menjadi penonton. Namun, di antara mereka, ada yang kelak akan bergabung dan menjadi bagian dari tim kita. Yang penting adalah terus melangkah tanpa takut gagal. Dukungan akan datang ketika kita sudah membuktikan sesuatu. Mungkin kita adalah orang pertama yang mewujudkan ide tersebut, dan kita yang akan menjadi founder-nya.
Belajar Web Tanpa Dukungan, Hingga Akhirnya Diakui
Sebagai contoh kecil, keberanian memulai sesuatu telah membawa saya ke banyak kesempatan. Sebelum pandemi COVID-19, saya mulai belajar membuat website atau blog gratisan. Saya menggunakan platform Wix karena lebih mudah digunakan dan bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan. Meskipun sistemnya drag-and-drop, saya tetap bisa belajar bagaimana mendesain blog sesuai keinginan.
Saat itu, saya sedang bekerja sebagai editor di salah satu penerbit indie. Saya melihat penerbit tersebut belum memiliki website untuk menjual buku. Maka, saya mulai merancang konsep bookstore online menggunakan Wix dan mempresentasikannya kepada direktur penerbit. Sayangnya, ide itu ditolak.
Saat itu, saya belum memiliki hosting dan domain sendiri untuk membangun website. Namun, saya tidak menyerah dan terus belajar. Saya yakin bahwa ke depan, membuat website akan menjadi lebih mudah, bahkan tanpa harus mahir coding. Yang terpenting adalah ide dan konsep. Saya juga melihat bahwa kebutuhan akan website terus meningkat, sehingga ada peluang besar di sana.
Dukungan Akan Datang Seiring Langkah Kita
Setelah ide saya ditolak, saya memilih diam sejenak dan terus belajar. Hingga akhirnya, dukungan datang dari arah yang tidak terduga. Dalam sebuah diskusi, seorang rekan dari direktur penerbit membahas ide saya. Secara spontan, Pepih Nugraha—pendiri Kompasiana—menyatakan bahwa ide saya layak dikembangkan. Bahkan, dengan nada bercanda, beliau berkata, “Kalau Bapak tidak mau, saya akan membeli idenya. Ini, 100 juta!” Betapa terkejutnya sang direktur saat mendengar hal itu.
Tidak lama setelah itu, direktur penerbit menghubungi saya untuk membahas MoU pembuatan platform digital. Konsepnya berkembang dari sekadar bookstore menjadi sesuatu yang lebih besar. Selain bookstore, website tersebut juga mengakomodasi blog dan pelatihan menulis. Meski akhirnya lebih fokus pada blog dan pelatihan, platform tersebut tetap terwujud dengan nama Bibliopedia.id.
Di sisi lain, untuk bookstore, penerbit memilih mengembangkan platform lain. Saya pun dipercaya untuk mengelolanya. Tak berhenti di situ, direktur penerbit juga membeli saham dari platform berita khusus Borneo dan meminta saya menjadi pengelola serta pengembangnya. Hasil dari perjalanan ini, saya akhirnya memiliki hosting dan domain sendiri, termasuk PuhtirNews.com. Semua pencapaian ini terjadi karena saya berani memulai, meskipun awalnya tanpa dukungan.
Berani Memulai, Berani Mewujudkan
Keberanian untuk memulai adalah kunci. Dimulai dengan tekad dan kemauan belajar, lalu berani membagikan gagasan kita. Soal diterima atau tidak, itu bukan masalah besar. Setidaknya, ada orang yang telah mendengar ide kita.
Namun, penting untuk menyampaikan ide kepada orang yang tepat. Jika ditolak, bukan berarti ide itu gagal. Sebuah ide yang belum mendapat tempat hanyalah seperti produk yang belum menemukan pembelinya.
Inilah arti sebuah keberanian. Ide yang belum terwujud bukan berarti selesai. Kita hanya perlu menemukan cara lain untuk mengembangkannya. Jadi, beranilah memulai, meski tanpa dukungan. Karena ketika kita terus melangkah, dukungan akan datang dengan sendirinya.
***
Penulis: Matius Mardani