Takut Memulai Sesuatu
![]() |
ilustrasi yang dibuat dengan DALL·E |
Pernahkah kamu memiliki ide besar, tetapi ragu untuk memulainya? Atau mendapatkan kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang baru, tetapi justru merasa takut melangkah? Ketakutan itu nyata bagi banyak orang. Bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena bayangan kegagalan yang lebih dulu menghantui.
Banyak orang merasa takut untuk memulai sesuatu. Bahkan ketika kesempatan sudah ada di depan mata, mereka tetap ragu melangkah. Ketakutan itu seperti belenggu yang menahan diri, seolah-olah ada singa-singa yang siap menerkam jika mereka gagal. Pada akhirnya, banyak impian dan ide besar yang hanya tersimpan di dalam pikiran, tidak pernah benar-benar diwujudkan.
Ketakutan yang Membelenggu
Banyak orang takut memulai sesuatu. Bahkan ketika diberikan kepercayaan untuk merintis atau menjalankan sesuatu yang baru, mereka justru enggan melangkah. Ketakutan meliputi diri seolah-olah ada singa-singa yang siap menerkam. Saat terpeleset sedikit saja, seolah dunia akan runtuh.
Kalau boleh jujur, memangnya siapa yang benar-benar tulus ingin melihat kita lebih maju? Hanya segelintir orang. Apalagi jika yang kita lakukan adalah sesuatu yang berbeda dari mereka, sesuatu yang orang-orang di sekitar kita sendiri pun tidak mampu melakukannya.
Ketakutan Hanya Bayangan
Ketakutan itu sejatinya hanya bayangan yang kita ciptakan sendiri. Tidak ada ketakutan kecuali yang kita tanamkan dalam benak kita. Ia terasa lebih besar dari diri kita sendiri, membesar-besarkan ancaman yang belum tentu nyata.
Mungkin kita takut dengan beberapa pengkritik, atau mereka yang selama ini menjadi “rival.” Tapi jika kita tak memulai, ketakutan itu akan tetap menyelimuti kita. Kita belum melihat hasilnya, tapi sudah menilai duluan. Mulailah saja, karena memang akan ada batu dan kerikil di sepanjang jalan. Namun, jalan itu masih terbuka lebar, tak ada yang benar-benar menghalangi kita.
Teruslah melangkah dan tatap jauh ke depan. Jika fokus kita hanya pada batu dan kerikil di jalan, tentu semuanya tampak menakutkan. Padahal, mereka hanyalah rintangan kecil yang bisa kita atasi. Mungkin ada juga lubang berlumpur di sepanjang jalan, tapi tetap bisa kita lewati.
Ide Besar yang Tertahan
Saya yakin bahwa banyak orang memiliki ide besar. Setiap orang punya bidang yang mereka tekuni, baik sebagai pekerjaan maupun minat pribadi. Bukankah dalam pekerjaan, kita sering menemukan banyak hal yang menurut kita kurang ideal?
Dari sanalah muncul gagasan untuk memperbaiki, mengembangkan, dan berinovasi. Bahkan, ide-ide itu bisa sangat besar dan potensial. Coba renungkan kembali ide-ide yang selama ini kamu pikirkan. Apakah itu terkait pekerjaan atau hal lain yang bisa membawamu lebih maju?
Diam di Tempat, Merugi Sendiri
Sayangnya, sebagian besar orang masih diam di tempat. Mereka tidak bergerak, bahkan untuk sekadar membagikan ide dengan orang lain pun enggan. Lalu, ketika ada orang lain yang lebih berani muncul dengan ide mereka, kita merasa kalah.
Padahal, ide mereka belum tentu lebih besar dari ide kita. Namun, karena mereka lebih dulu memulai, kita hanya bisa mengeluh dan menjadi pengkritik yang tidak membangun. Jika kita gagal memulai lebih awal, jangan hanya diam—masih ada kesempatan untuk memulai.
Mulailah dengan Apa yang Ada
Memang ada banyak faktor yang membuat seseorang ragu untuk memulai, mulai dari modal, lingkungan, hingga dukungan. Tapi sebenarnya, kita bisa memulai dengan apa yang ada di tangan kita. Jika belum bisa menggunakan motor, bisa pakai sepeda. Jika itu pun tidak memungkinkan, berjalanlah.
Keraguanlah yang membuat kita takut. Padahal, setelah kita mulai melangkah, siapa juga yang benar-benar peduli? Setiap orang sibuk dengan dunianya sendiri. Mungkin kita takut gagal. Tapi ingat, tidak ada kegagalan—itu hanya keberhasilan yang tertunda. Dari kegagalan, kita justru belajar bagaimana cara untuk berhasil.
Sikap perfeksionisme dalam diri juga bisa menjadi penghambat. Kita menuntut kesempurnaan, padahal kesempurnaan itu tidak ada. Selalu akan ada kekurangan, tetapi setidaknya kita telah memberikan yang terbaik. Tidak perlu menunggu segalanya sempurna untuk memulai.
Kurang percaya diri juga kerap menjadi alasan. Namun, percayalah, tidak ada orang yang benar-benar percaya diri sejak awal. Mereka hanya berani keluar dari ketakutan dan meyakinkan diri bahwa ide serta gagasan mereka akan diterima. Lingkungan yang tidak mendukung bukanlah alasan untuk berhenti. Mereka hanya belum memahami ide kita—dan itu butuh waktu.
Memulai Meski Takut
Saat masih kuliah semester satu, saya mendapat kepercayaan untuk merintis bidang jurnalistik di kampus. Karena kampus masih baru berdiri, semuanya masih dalam tahap perintisan, pengembangan, dan mewujudkan ide-ide baru. Targetnya adalah menerbitkan majalah kampus.
Saya sama sekali tidak memiliki dasar-dasar jurnalistik, tentu ini bukan perkara mudah. Tapi kepercayaan ini saya terima. Saya mulai dengan mencari buku tentang jurnalistik meski dengan uang yang sangat terbatas. Beruntung, ada diskon besar-besaran di salah satu toko buku besar di Indonesia.
Saya menemukan sebuah buku kecil dengan harga tak masuk akal—Rp6.500, hasil cuci gudang. Buku itu berjudul Teknik Jurnalistik: Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan karya Patmono SK, diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia. Buku kecil itu sangat berarti bagi saya. Apalagi saat itu, akses informasi tidak semudah sekarang. Sederhana, tapi nilainya luar biasa bagi saya.
Kalau saya tidak berani melangkah, mungkin saja pengalaman ini tidak akan pernah menjadi cerita inspiratif. Memulai membuka jalan, itulah yang seharusnya kita yakini.
Belajar dari Kegagalan
Namun, pada langkah berikutnya saya gagal mewujudkan target. Padahal, semua bahan sudah siap. Saya telah mempelajari desain cover, layout, editing naskah, menjadi pimpinan redaksi, mengerjakan tugas-tugas redaktur dan jurnalis, bahkan menjadi fotografer untuk keperluan jurnalistik. Semuanya siap.
Hanya satu yang kurang: keyakinan diri. Tinggal cetak, selesai. Tapi saya merasa belum sempurna. Saya ragu. Akhirnya, saya gagal.
Semua orang menghujat, mengkritik, bahkan semakin meremehkan saya. Tapi saya tidak menyerah. Kegagalan itu menjadi pelajaran berharga: tidak perlu menunggu sempurna untuk melangkah. Saya baru menyadari, faktanya setelah majalah kampus itu terbit, banyak komentar positif yang saya terima.
Saya sudah berani melangkah, hanya saja kurang percaya diri dan terlalu perfeksionis. Namun, pengalaman berharga ini membuat saya terus berkecimpung dalam dunia literasi. Sekarang, saya membangun blog ini, menjadi managing editor di penerbit Lembaga Literasi Dayak, serta mengembangkan literasi di Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta yang memiliki lima unit sekolah dan 15 jenjang di Jakarta, Tangerang, dan Pangkalpinang.
Jangan Takut Memulai
Ini contoh sederhana bagaimana sesuatu perlu dimulai. Jika kamu ingin mencoba belajar menulis, jangan ragu menghubungi saya melalui email puhtirnews@gmail.com.
Takut memulai hanya akan menutup kesempatan menuju keberhasilan. Beranilah melangkah, karena jalan itu selalu ada bagi mereka yang mau mencarinya.
Penulis: Matius Mardani