Wisuda TK-SMA Dianggap Pemborosan Hingga Penurunan Makna Wisuda, Sebaiknya Bagaimana?


Polemik perayaan wisuda dari TK hingga SMA menguak di media akhir-akhir ini. Ada anggapan bahwa acara wisuda itu pemborosan dan dianggap mengkerdilkan makna wisuda. Dalam benak masyarakat kita,wisuda adalah momen sakral dan kebanggaan karena wisuda identik dengan sarjana.

Wisuda di pendidikan usia dini dan jenjang sebelum di universitas dianggap mengurangi respon kesakralan dan kebanggaan seorang anak ketika wisuda sarjana. Anggapan semacam itu wajar saja sebab bagi sebagian kalangan untuk mencapai gelar sarjana itu butuh perjuangan yang luar biasa. Tidak semua orang mampu mencapai pada tingkat itu.

Anggapan lain, tak perlu acara wisuda di tingkat usia dini sebab anak belum tahu apa itu wisuda dengan segala pernak-perniknya, seperti memakai toga. Orang tua yang heboh! Bahkan orang tua yang repot untuk mempersiapkan dadanan anak. Lebih lagi, wisuda di tingkat dasar hanya bentuk lain dari ekploitasi anak yang berdampak sekali lagi pada penurunan rasa kebanggaan terhadap pencapaian pendidikan.

Pada sisi lain ada orang tua yang setuju saja dengan acara wisuda ditingkat dasar. Alasannya sederhana ingin mengukir kenangan bersamaanak apalagi di tengah kesibukan yang kadang-kadang orang tua banyak kehilangan momen bersama si buah hati. Yang lain lagi, acara ini sebagai bentuk penghargaan atas jerih payah anak menyelesaikan studi pada suatu jenjang.

Perjalanan pencapaian dan pertumbuhan seorang anak memang perludi rayakan dalam setiap tahapnya, wisuda sebagai salah satu cara yang jadi pilihan. Anggapan semacam ini pun jadi pertimbangan perlu tidaknya acara wisuda.

Dari sisi anak sih tidak ada masalah, anak happy saja. Dampak terhadap gejolak jiwa anak tidaklah signifikan. Anggapan ini pun ada benarnyamalah anak-anak sangat senang karena di momen ini mereka mendapat hadiah baik dari sekolah dan sanak keluarganya.

Anak memang masanya bermain, bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Jadi pemahaman akan makna wisuda mungkin tidakakan dalam. Dan mungkin saja beresiko terhadap penurunan “kesakralan”wisuda. Tetapi jika yang ditanamkan dalam diri anak adalah perjuangan dan kerja keras dalam meraih cita-cita, rasanya apa yang disebut“kesakralan” tidak akan semudah itu luntur.

Sisi lain yang tak kalah penting adalah ekonomi kreatif. Acara wisudadengan segala pernak-perniknya menumbuhkan ide kreatif yangmenghasilkan produk kerajinan tangan yang menarik. Ini tentu membukalapangan kerja dan tambahan penghasilan usaha kecil dan menengah.

Polemik mungkin lebih baik diserahkan kepada orang tua murid dan pihak sekolah karena setiap sekolah dan keadaan keluarga serta peserta didiknya juga beragam. Tentu akan ada pertimbangan-pertimbangan khusus akan hal itu. Bagiamanapun pro dan kontra akan mewarnai hal ini buruknya tergantung dari pandangan dari masing-masing sekolah dan orang tua murid. Tak perlu saling menyalahkan dan merasa benar. Tetapi sikapi saja dengan positif dan hal terpenting adalah memberikan pemahaman kepada anak tentang arti sebuah perjuangan untuk meraih sesuatu.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url