Rambo dan Semangat Menulis dari Pedalaman

 

Seorang pemuda dari pedalaman mengirim pesan penuh harap, ”saya ingin belajar filsafat dan menulis”. Meski di tengah kegelapan malam dan keterbatasan sinyal, namun kata-kata itu menunjukkan semangat. Fasilitas, jarak, listrik yang terbatas tak menyurutkan niat untuk belajar dan mendapat kesempatan.

Pesan dari Pedalaman

Malam itu, sebuah notifikasi WhatsApp muncul di ponsel. Pengirimnya mengirimkan sebuah foto buku berjudul Filsafat Dayak, disertai pesan singkat, “Bolehkan saya bertemu para penulisnya untuk belajar filsafat dan menulis?” 

Pesan yang mengejutkan dan membuat penasaran. Memunculkan pertanyaan lebih lanjut. “Anda siapa? Mungkin bisa ceritakan profil atau latar belakang Anda agar saya bisa menyampaikannya kepada mereka.”

Jawabannya sungguh mengejutkan: “Sudah kuduga pertanyaan itu.” Ia lalu memperkenalkan dirinya. Seorang pemuda bernama Rambo, lulusan SMK yang tinggal di sebuah desa terpencil. Wilayah itu sinyal telepon adalah barang langka. Pesan itu, disertai sebuah foto suasana malam yang gelap, sepertinya diambil dari atas bukit. Tentu ini memperkuat kesan bahwa ia benar-benar berada di pedalaman. Ia berada di atas bukit, usahanya untuk mendapat sinyal.

Semangat Belajar di Tengah Keterbatasan

Seorang pemuda dari desa dengan pendidikan sederhana. Namun memiliki keinginan besar untuk mengerti filsafat dan mampu menulis. Ini menunjukkan bahwa orang desa bukan berarti tak punya pemikiran mendalam. Mereka mungkin tak punya kesempatan untuk belajar dan mengasah diri. Maklum di pedalaman fasilitas terbatas termasuk listrik, sinyal, apalagi akses ke mentor dan buku. 

Dalam kondisi seperti itu, nampak tidak realistis mempertemukan langsung dengan para penulis buku Filsafat Dayak. Bukan tidak mungkin, namun kesibukan para penulis jadi pertimbangan. Rasanya agak sulit melayani anak muda. Tapi ada solusi yang lebih realistis, memberinya kesempatan belajar menulis. 

Saya tawarkan sebuah hal sederhana, “Jika kamu ingin menulis, saya bisa membantu,” ini solusi nyata. Namun jawabannya menggambarkan betapa kesulitan masih nyata. “Di sini susah listrik, Min. Harus ke desa lain untuk mengisi daya ponsel.” Meski begitu ia tak menampik, keinginan untuk belajar menulis. Rasanya antusias terpancar dari pesan singkatnya. “Saya mau belajar menulis min”.

Jembatan untuk Penulis Pemula

Tantangan itu tak lantas menghentikan percakapan. Solusi sederhana yang bisa dilakukan, ”coba tulis dulu di buku, lalu pindahkan ke ponsel saat kembali ke desa”. Dengan asumsi bahwa ia berapa di bukit. 

Tulisan itu nantinya bisa diunggah di media yang kami dikelola. Kami ponting sesuai dengan topik yang relevan dengan blognya. Untuk menyakinkannya, di share tautan beberapa platform media. Rambo yang awalnya ragu, kini penuh semangat dan antusias. “Wah, terima kasih, Min! Sekali lagi, terima kasih!”, ”saya akan coba.“

Keesokan paginya, sebuah naskah sudah mendarat di pesan WhatsApp. Tulisan sederhana, menggambarkan kegundahannya tentang perkembangan zaman. Akankah AI menggantikan manusia. Tulisan itu, hanya perlu sedikit moderasi. 

Momen ini menjadi kesempatan memfasilitasi dan mendampingi penulis pemula. Persis lahir blog ini menjadi wadah dan jembatan bagi para menulis pemula dan profesional. Media menuangkan ide dan gagasan. Orang seperti dengan keterbatasannya dapat mewujudkan mimpinya. 

Panggilan untuk Penulis Pemula

Kisah Rambo jadi pembuka kesadaran kita, bahwa masih banyak mereka yang belum berkesempatan. Masih banyak orang di pedalaman yang haus belajar. Bukan tak ingin, tapi kendala akses dan kesempatan. 

Blog ini hadir untuk mereka. Para pemula yang ingin menulis. Ya, para penulis yang mungkin ragu, merasa tulisannya belum sempurna. Atau mungkin seperti Rambo yang terhalang oleh keterbatasan teknologi.

Mungkin Anda salah satunya. Jika merasa terpanggil jangan ragu. Kesempatan terbuka. Ambil pena, buku, atau ponsel Anda. Tulis ide-ide yang ada di benak Anda. Tak perlu sempurna, karena tidak ada tulisan yang jelek yang ada tulisan yang belum di edit. Bisa jadi tulisan Anda adalah sebuah ide besar. Mulailah sekarang, ide dan tulisanmu dinanti. 

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url