Tanda Tangan Tak Terduga



Beberapa tahun yang lalu, saya diberi kesempatan untuk mengajar di sebuah sekolah dasar, mulai dari kelas 2 hingga kelas 5. Pengalaman mengajar di kelas-kelas tersebut sangatlah menarik dan unik, terutama karena karakteristik siswa-siswa SD yang baru berusia sekitar 8 hingga 10 tahun.

Suatu hari, ketika jam pelajaran sudah berakhir, tiba-tiba seorang anak maju mendekati meja saya. Dengan penuh kegembiraan, dia membuka bukunya di halaman terakhir dan meminta saya untuk memberikan tanda tangan di buku tersebut. 

Tanpa ragu, saya menandatangani bukunya. Tak berselang lama, anak-anak lainnya juga ikut-ikutan melakukan hal yang sama. Hampir setengah dari seluruh siswa di kelas itu begitu senang dan bangga menerima tanda tangan guru mereka di dalam buku.

Bagi saya, itu mungkin terlihat sebagai hal yang sederhana, namun saya menyadari bahwa bagi anak-anak, hal itu memiliki makna yang mendalam. Mereka mungkin memiliki impian dan harapan yang tersembunyi, dan tanda tangan guru mereka adalah salah satu bentuk pengakuan akan eksistensi mereka sebagai individu yang berharga.

Keesokan harinya, saya datang ke sekolah dengan semangat yang sama. Namun, beberapa orang tua murid mendatangi saya dengan wajah cemas. Mereka menceritakan bahwa anak-anak mereka pulang dari sekolah dengan air mata di mata. Beberapa di antara mereka bahkan terus menangis di rumah. "Mengapa, Bu?" tanya seorang ibu dengan khawatir.

Ternyata, penyebabnya adalah tanda tangan yang saya berikan kepada beberapa siswa di kelas. Anak-anak yang tidak mendapatkan tanda tangan dari saya merasa terabaikan dan tidak diakui. Mereka merasa tidak adil karena teman-teman mereka mendapatkan sesuatu yang mereka tidak dapatkan.

Saya merasa terkejut mendengar hal tersebut. Saya tidak bermaksud menyakiti perasaan anak-anak tersebut. Bagi saya, memberikan tanda tangan hanyalah sebuah keisengan biasa. Namun, bagi anak-anak, itu memiliki makna yang jauh lebih dalam.

Segera setelah itu, saya meminta maaf kepada orang tua murid dan berjanji untuk memberikan tanda tangan kepada semua siswa di kelas. Saya memahami bahwa bagi mereka, hal itu adalah sesuatu yang penting dan berharga.

Ketika anak-anak datang ke sekolah pada hari itu, saya dengan senang hati memberikan tanda tangan kepada setiap satu dari mereka. Mereka tersenyum bahagia dan berterima kasih. Saya merasa lega karena dapat memperbaiki kesalahan saya dan membuat semua siswa merasa dihargai dan diakui.

Pengalaman ini mengajarkan saya sebuah pelajaran berharga tentang pentingnya memperhatikan dan menghargai perasaan anak-anak. Kadang-kadang, hal-hal yang terlihat sepele bagi kita sebagai orang dewasa, dapat memiliki makna yang besar bagi mereka.

 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url