Pelajaran Pertama: Ngetik Ulang



Sungguh tak menduga proyek sekaligus pelajaran pertama dari Master Masri sangat sederhana. Pekerjaan itu, mengetik ulang sebuah buku karena karena tak lagi naskah soft copy. Proyek yang membuka jendela menuju pengalaman yang berharga. Lebih dari itu menjadi titik awal dari sebuah perjalanan sebagai penulis dan editor. 

Pekerjaan yang sederhana sering kali menjadi batu loncatan menuju pengalaman yang tak ternilai harganya. Itulah yang saya temukan ketika pertama kali diberi proyek oleh Master Masri. Tugasnya cukup sederhana: mengetik ulang sebuah buku yang akan dicetak ulang. Namun, tantangan muncul ketika tidak ada salinan digitalnya. Hanya ada satu pilihan: mengetik ulang buku itu dari nol.

Menolak Kemudahan Teknologi

Di era di mana teknologi semakin canggih, bisa saja memanfaatkan berbagai alat dan perangkat lunak untuk mempercepat proses ini. Namun, saya memilih untuk melakukan semuanya secara manual. 

Mengapa? Karena saya melihatnya sebagai kesempatan untuk lebih memahami buku itu secara mendalam. Dalam proses mengetik ulang setiap kata, saya merenungkan setiap kalimat, setiap paragraf, dan setiap bab dengan cermat.

Peluang Belajar yang Mendalam

Mengapa saya memilih cara yang lebih sulit ini? Karena, ini bukan sekadar pekerjaan biasa. Ini adalah kesempatan untuk belajar. Tidak hanya mengetik ulang teks, tetapi juga meresapi setiap detail yang ada di dalamnya. 

Setiap halaman yang diketik menjadi sebuah jendela yang membuka dunia baru. Belajar tentang struktur sebuah buku, narasi, dan bagaimana menyusun pikiran secara sistematis.

Lensa Sebuah Buku

Bukan kebetulan dan bukan pula sekadar kumpulan kata-kata. Buku yang membuka jendela tentang kehidupan suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Ditulis oleh seorang pastor yang hidup melayani di sana. 

Buku ini menguraikan kehidupan keseharian, nilai-nilai yang dianut oleh orang Dayak. Bahkan menceritakan peristiswa-peristiwa pergolakan suku dayak. Jadi sekaligus merekam jejak sejarah suku Dayak. Melihat suku Dayak dengan perspektif yang lebih dekat.

Lebih dari Sekadar Proyek

Proyek ini tidak hanya mengasah keterampilan mengetik, tetapi juga membuka mata terhadap realitas yang berbeda. Di balik pekerjaan sederhana tersimpan hal-hal yang tak ternilai. Itulah mengapa proyek ini begitu berharga.

Ketika mengetik setiap kata betapa pentingnya kesempatan ini. Ini adalah lebih dari sekadar pekerjaan. Ini adalah pelajaran. Setiap tindakan sederhana bisa menjadi sarana pembelajaran yang berharga. Proyek ini telah memberi suatu lebih dari yang dapat dibayangkan. Ia telah membuka pintu untuk memahami sebuah buku dengan lebih dalam.

Proyek pertama mengetik ulang sebuah naskah yang memberi pelajaran memahami makna di balik setiap kata. Dari tugas yang tampak sederhana itu memberikan pengalaman berharga bahwa sekecil apapun pekerjaan dapat menjadi pelajaran dan titik awal perjalanan.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url