Pesan dibalik Romantisme Novel Senja dan Cinta yang Tenggelam di Desa Mentoyek

 


Pada acara launching novel berjudul "Senja dan Cinta yang tenggelam di Desa Mentoyek, sebuah Roman berbahasa Dayak Kanayant”, Jumat (29/03/2024) ada yang menarik pada sesi tanya jawab. 

Salah satu undangan yang hadir, yakni Tri Wahyu Wicaksono, menyampaikan sesuatu yang sangat menggelitik dan mengesankan.

Meskipun novel ini berbahasa Dayak Kanayan di mana beliau sendiri juga tidak mengerti bahasa itu. Namun sekilas membaca sinopsis dalam buku tersebut dia menangkap suatu pesan yang sangat relevan dengan keadaan masyarakat Dayak sekarang ini. 

Sesuai dengan kisah yang ada di novel ini, bahwa tokoh utama yang bernama Udo yang merupakan pemuda Dayak yang miskin, tetapi punya keberanian untuk mengubah keadaannya dengan berani melangkah keluar kampungnya. Bukan sekadar kota provinsi, tetapi ibukota negara, bahkan berani melangkah hingga ke luar negeri, ke Jepang, di kota Tokyo. 

Ini adalah sebuah inspirasi yang menarik, sebab menurut pengalamannya sangat jarang menemukan pemuda yang seperti Udo. 

Beliau berkisah Satu kali beliau bertemu dengan seorang anak muda yang begitu pandai dan memiliki talenta dalam bermusik, baik musik daerah atau juga musik-musik kontemporer. Tetapi ketika dia mengajaknya ke Jakarta untuk menunjukkan bakat dan talentanya, sang Pemuda justru bertanya, "Kalau saya di Jakarta, saya bersama siapa, di mana?" Saya akan tinggal siapa? 

Dengan sedikit mengerutkan dahi dari beliau sungguh tidak bisa memahami apa yang dipikirkan anak muda tersebut. Jelas-jelas dia yang mengajak, otomatis dia juga yang akan menanggung semuanya. Pikiran yang belum terbuka dan rasa takut keluar dari daerah menghantui sang pemuda menjadikannya tidak dapat berkembang dengan maksimal. Kisah semacam ini bukan sekali beliau temui.

Sosok Udo dalam novel "Senja dan Cinta" ini tentu saja memberi gambaran pemuda Dayak yang mengubah paradigma berpikirnya. Dia merombak jalan pikirnya dan berani maju. 

Jadi dalam novel ini juga menyisakan sebuah kenyataan bahwa anak-anak muda Dayak sebagian masih berpola pikir demikian. Tidak berani keluar dari daerahnya untuk belajar dan mengembangkan diri serta mencapai kesuksesan.

Sosok Udo bisa menjadi inspirasi dan pendorong bagi anak-anak muda Dayak untuk berani mengubah keadaannya dan menikmati perjuangan untuk meraih keberhasilan dan kesuksesan. 

Tulisan semacam sangat menginspirasi apalagi ditulis dalam bahasa daerah. Pemuda-pemuda Dayak di daerah bisa lebih mudah memahami pesan ini. Tulisan yang kontekstual. 

Pesan yang menarik di balik kisah romantisme novel "Senja dan Cinta" karangan Paran Sakiu. Harapannya pesan ini bisa ditangkap dan diresponi sehingga kita akan melihat di masa depan pemuda-pemuda Dayak mampu mengubah keadaannya. Menjadi generasi harapan bangsa dan membawa kemajuan dan kejayaan bagi suku bangsa Dayak.

Pak Wahyu, bergerak aktif untuk membangun masyarakat Dayak dari sisi sumber daya manusia. Bersama dengan istri, Nini Magdalena mendirikan Yayasan Impian Anak Bangsa (YIAB). Lewat Yayasan ini anak-anak Dayak mendapat tempat tinggal yang layak, pendidikan, dan wadah untuk berkarya.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url