Paran Sakiu: Penulis Novel Berbahasa Dayak Kanayant
Paran Sakiu, dikenal sebagai pengajar, juga seorang rohaniawan, juga seorang yang aktif dalam berbagai organisasi. Lebih dari itu, ia seorang penulis yang produktif, rutin menulis di blog Pelita Mentonyek dan beberapa media lainnya seperti Detik Borneo dan YTPrayeh.
Paran Sakiu, menulis novel berbahasa Dayak Kanayant dengan judul “Senja dan Cinta yang Tenggelam di Desa Mentonyek.” Bisa dikatakan ini merupakan novel perdana berbahasa Dayak Kanayant. Baru saja diluncurkan di Jakarta, Jumat (29/03/2024).
Novel “Senja dan Cinta yang Tenggelam di Desa Mentonyek ” adalah buku keenam. Buku yang spesial karena ini novel perdana yang ditulisnya.
Sebelumya telah menulis beberapa buku. Buku pertamanya berjudul " Menimba dari sumur Yakub: renungan & catatan tentang doa, kepedulian, pelayanan, dan keluarga".
Buku kedua berupa kumpulan cerpen dengan judul "Hari Terakhir".
Buku ketiga juga kumpulan cerpen, dengan judul “Seusai Pesta Naik Dango”.
Buku keempat ditulis bersama Masri Sari Putra dan Matius Mardani, biografi " Panglima Jilah : Pemimpin Besar Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR)".
Dan buku kelima tentang sejarah "Forum Dayak Kalimantan Barat Jakarta".
Paran Sakiu telah mewariskan satu karya yang akan abadi, seperti pepatah Latin “Verba volant, scripta manent," yang berarti "Kata-kata terbang, yang tertulis tetap". Apa yang tertulis akan abadi tetapi apa yang terucap akan meluap begitu saja.
Paran Sakiu sungguh menginspirasi, berani menulis novel berbahasa daerah. Tak lain motivasinya karena kecintaan pada suku bangsanya, Dayak.
Kita tunggu karya Paran Sakiu berikutnya.